Rabu, 12 November 2008

penyebab global warning

Pemanasan Global
Dipastikan karena Ulah Manusia


JAKARTA - Panel pakar perubahan iklim PBB akhir pekan lalu menyatakan dengan kata-kata “sangat mungkin” (very likely) bahwa pemanasan global yang terjadi 50 tahun terakhir ini akibat ulah manusia. Artinya emisi dari mobil-mobil Anda, pabrik-pabrik kita, ini semua mengakibatkan kerusakan lingkungan dan cuaca ekstrim yang sekartang merebak Laporan panel ini tahun 2001 menyatakan “mungkin” (likely) yang artinya manusia bertanggung jawab sekitar 20 persen dari semua unsur penyebab pemanasan global. Namun istilah baru ini diperkirakan 90 persen penyebab pemanasan global adalah manusia. Demikian Jerry Mahlman, ilmuwan iklim asal AS mencoba mengkuantifikasi istilah yang dikeluarkan panel beranggotakan ratusan ahli dari 113 negara.
Baru dua pekan lalu (Senin, 22/1) para ilmuwan memprediksi gletser di Pegunungan Alp akan hilang 43 tahun lagi, tepatnya 2050. Kata mereka lapisan es benua terus mencair. Buktinya di Tyrol, Austria, gletser berkurang sebesar tiga persen per tahun, merupakan hasil penelitian Roland Psenner institut bidang ekologi dari University Innsbruck. Selain gletser, banyak skenario kiamat dibuat, jika es di kedua kutub juga mencair. Permukaan laut akan naik dan sudah pasti Jakarta sebelah utara bakal terendam. Juga pantai-pantai di seluruh pesisir Indonesia dan dunia.
Pemanasan bumi yang dituding jadi penyebabnya. Ini adalah bukti dari pengamatan suhu rata-rata dari udara dan laut di permukaan bumi, setiap tahun tambah panas. Bahkan prediksi untuk tahun 2007, menurut ilmuwan dari Climatic Research di University of East Anglia, Phil Jones adanya El Nino yang ukuran sedang bisa membuat suhu global melampaui rekor tertinggi. Selain gejala alam pemanasan suhu di arus laut Pasifik Selatan, dekat Chile (El Nino), jumlah polutan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya juga berperan.
Dari kajian geologi memang dikenal masa es pada bumi. Ketika masa itu tiba dinosaurus pun punah dan kehidupan di bumi berubah. Para geolog menjelaskan bahwa panas-dinginnya bumi karena sumbu bumi berubah. Orbit mengeliling bumi pun berubah. Bagian yang tadinya kena panas sedikit jadi kena lebih banyak, dan yang tadinya kena panas matahari sebentar jadi lebih lama karena perubahan orbit. Perubahan berkala atau siklus ini dalam toeri disebut Siklus Milankovitch yang terjadi setiap 10ribu sampai 100ribu tahun.
Manusia dengan teknologinya masih belum bisa merekayasa orbit bumi dan pergeseran sumbu bumi. Dari apa yang diketahui mengenai pemanasan global hanya gas polutan ke atmosfir bumi yang masih bisa direkayasa. Faktanya keadaan ini tidak bisa dibiarkan. Pasalnya kerugian ekonomi dan bahkan ancaman terhadap kehidupan sangat pasti. Perubahan suhu berakibat pada panen pangan manusia, dari hasil pertanian, perikanan sampai peternakan. Gangguan produksi pangan, dan produksi lainnya bisa berakibat pada pasar. Perubahan geografi fisik pada kehidupan manusia akan mengubah pemukiman dan tempat-tempat kerja mereka. Contohnyanya lelehan gletser bisa membanjiri pemukiman di tepi sungai..
Tingkat gas rumah kaca di bumi hampir dua kali dari sejak Revolusi Industri. Dari 280 part per million (ppm) menjadi 430 ppm setelah mesin produksi bertenaga bahan bakar bumi serta kendaraan bersumber tenaga sama dikenal manusia. Jika laju ini tetap maka diperkirakan pada 2035 akan terkandung 550 ppm dan kenaikan suhu akan menjadi lebih dari 20 Celcius.
Kenaikan sebesar itu bisa menyebabkan pergeseran pola cuaca regional secara tiba-tiba. Cuaca ekstrim seperti yang belakangan ini kerap dialami. Badai Katrina di AS, dan cuaca buruk yang sudah beberapa tahun berakibat kecelakaan transportasi nasional. Kenaikan suhu ini pula diperkirakan akan menambah kekeringan dan perubahan menjadi gurun atau desertifikasi di sisa hutan bumi, Amazon, Brazil. Lapisan es yang meleleh akan mengancam lahan pemukiman setiap satu diantara 20 orang di bumi.

by.Adiseno

Penyebab pemanasan global

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.

Efek umpan balik

Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah

Variasi Matahari

Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

.

0 Comments: